Pengertian pengawasan
Menurut Oteng Sutisna mengawasi
ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu
sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Jika tidak maka penyesuaian yang
perlu dibuatnya. Siagian mengartikan pengawasan sebagai proses pengamatan
daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya. Sedangkan Hadari Nawawi (1989) menegaskan bahwa
pengawasan dalam dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat
efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat
tertentu dalam usaha mencapai tujuan.
Karena itu pengawasan dapat
diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku
personel dalam organisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan
pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian dari hasil pengawasan
tersebut apakah dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan apakah semua
berjalan sesuai rencana yang dibuat, intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan
prinsip-prinsip yang ditetapkan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
penelitian dalam institusi pendidikan dilihat dari praktek cenderung tidak
dikembangkan untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan produktivitas. Tetapi
lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress checking.
Tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai tujuan
dan target sesuai visi dan misi pendidikan, yang ujung-ujungnya perolehan mutu
pendidikan yang kompetitif menjadi tidak terwujud.
Tipe-Tipe Pengawasan
Dalam pengawasan
terdapat beberapa tipe pengawasan seperti yang diungkapkan Winardi (2000, hal.
589). Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus
aktivitas pengawasan, antara lain:
a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).
b. Pengawasan pada saat kerja
berlangsung (cocurrent control)
c. Pengawasan Feed Back (feed back control).
Penjelasan:
a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary contro)
Prosedur-prosedur
pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar
kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan
dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Dipandang dari sudut
prespektif demikian, maka kebijaksanaankebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman
untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian penting untuk
membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan
mengimplementasikannya.
Merumuskan
kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan tndakan
mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.
Pengawasan
pendahuluan meliputi:
1.
Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.
2.
Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.
3.
Pengawasan pendahuluan modal
4.
Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial
b. Pengawasan Pada Waktu Kerja
Berlangsung (concurrent control)
Concurrent control
terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan
pekerjaan para bawahan mereka.
Direction berhubungan
dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
1.
Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode
serta prosedur-prsedur yang tepat.
2.
Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
Proses memberikan
pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk
dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan
penyerahan.
c. Pengawasan Feed Back (feed back control)
Sifat kas dari
metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan
perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi
tindakan-tindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah
metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
1.
Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
2.
Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).
3.
Pengawasan Kualitas (Quality Control)
4.
Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)
Tahap
Proses Pengawasan
1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat
1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat
3.
Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4.
Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.
5.
Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
Pentingnya Pengawasan
Suatu prganisasi akan berjalan
terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang berbuat
kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan,
inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi.
Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang
memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
• Perubahan lingkungan organisasi
• Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan
organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya
inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui
fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang
dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan
kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
• Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin
memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk
harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya
memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
• Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat
kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi
kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan
memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
• Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan
wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang.
Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan
tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.
• Komunikasi
• Komunikasi
• Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan
apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
Perancangan Proses Pengawasan
William H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan, dimana dikemukakan lima jenis pendekatan, yaitu :
1. Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan :
a. pengukuran input
b. hasil pada tahap awal
c. gejala yang dihadapi
d. kondisi perubahan yang diasumsikan
3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan diganti.
Perancangan Proses Pengawasan
William H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan, dimana dikemukakan lima jenis pendekatan, yaitu :
1. Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan :
a. pengukuran input
b. hasil pada tahap awal
c. gejala yang dihadapi
d. kondisi perubahan yang diasumsikan
3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan diganti.
Alat Bantu
Pengawasan Majerial
Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling
umum digunakan adalah :
1) Manajemen Pengecualian (Management by Exception)
1) Manajemen Pengecualian (Management by Exception)
Manajemen
pengecualian adalah teknik pengawasan yang memungkinkan hanya penyimpangan
kecil antara yang direncanakan dan kinerja aktual yang mendapatkan perhatian
dari wirausahawan. Manajemen penegecualian didasarkan pada prinsip
pengecualian, prinsip manajemen yang muncul paling awal pada literatur
manajemen. Prinsip pengecualian menyatakan bahwa bawahan menangani semua
persoalan rutin organisasional, sementara wirausahawan menangani persoalan
organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.
2) Management Information System (MIS)
MIS yaitu
suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang
diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan
keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan
operasional organisasi yang dilaksanakan secara efektif.
MIS dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu :
1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah.
2. Tahap desain konseptual.
3. Tahap desain terperinci.
4. Tahap implementasi akhir.
1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah.
2. Tahap desain konseptual.
3. Tahap desain terperinci.
4. Tahap implementasi akhir.
Kriteria agar MIS berjalan efektif, yaitu :
• Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan
• Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
• Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi
• Adanya pengujian pendahuluan
• Menyediakan latihan dokumentasi tertulis bagi para operator dan pemakai system
• Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan
• Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
• Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi
• Adanya pengujian pendahuluan
• Menyediakan latihan dokumentasi tertulis bagi para operator dan pemakai system
Sedangakan criteria utama MIS efektif yaitu :
• Pengawasan terhadap kegiatan yang benar
• Tepat waktu dalam pemakainya
• Menekan biaya secara efektif
• System yang digunakan harus tepat dan akurat
• Dapat diterima oleh yang bersangkutan
• Pengawasan terhadap kegiatan yang benar
• Tepat waktu dalam pemakainya
• Menekan biaya secara efektif
• System yang digunakan harus tepat dan akurat
• Dapat diterima oleh yang bersangkutan
3) Analisa Rasio
Rasio adalah
hubungan antara dua angka yang dihitung dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya. Analisa rasio adalah proses menghasilkan informasi yang meringkas posisi
financial dari organisasi dengan menghitung rasio yang didasarkan pada berbagai
ukuran finansial yang muncul pada neraca dan neraca rugi-laba organisasi.
4) Penganggaran
Anggaran dalam
organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan bagaimana dana pada periode
waktu tertentu akan dibelanjakan maupun bagaimana dana tersebut akan diperoleh.
Anggaran juga merupakan laporan resmi mengenai sumber-sumber keuangan yang
telah disediakan untuk membiayai pelaksanaan aktivitas tertentu dalam kurun
waktu yang ditetapkan. Disamping sebagai rencana keuangan, anggaran juga
merupakan alat pengawasan.
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengawasan organisasi. Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu sendiri merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengawasan organisasi. Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu sendiri merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.
Bidang-Bidang Pengawasan Srategik
Bidang strategik yang dapat
membuat organisasi secara keseluruhan mencapai sukses yaitu :
1. Transaksi Keuangan
2. Analisis Laporan Keuangan
(Financial Statement Analysis)
3. Manajemen Kas (Cash
Management)
4. Pengelolaan Biaya (Cost
Control)
5.
Hubungan Manajer dan Bawahan. Hubungan antara manager dan
bawahan juga harus baik danterjaga.
Sebisa mungkin ada hubungan 2 arah antara
manager dan
bawahan, bukan hubungan searahdimana manager terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau
mendengar keluhan dan perasaan bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga
dalam suatu perusahaan makaakan
tercipta team kerja yang solid
dan kuat dalam menjalankan perusahaan.
6. Operasi-operasi Produktif.
Karakteristik-Karakteristik
Pengawasan Efektif
Adapun karakteristik pengawasan yang efektif harus
memenuhi :
1. Ada unsur keakuratan, dimana data harus dapat
dijadikan pedoman dan valid.
2. Tepat waktu, yaitu dikumpulkan, disampaikan dan di
evaluasi secara cepat dan tepat dimana kegiatanperbaikan perlu dilaksanakan.
3. Objektif dan menyeluruh, dalam arti mudah
dipahami.
4. Terpusat, dengan memusatkan pada bidang-bidang
penyimpangan yang paling sering terjadi.
5. Realistik secara ekonomis, dimana biaya system
pengawasan harus lebih rendah atau sama dengankegunaan yang didapat.
6. Realistik secara organizacional, yaitu cocok dengan
kenyataan yang ada di organisasi.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja, karena dapat
menimbulkan sukses atau gagalnya operasi sertaharus sampai pada karyawan yang memerlukannya.
8. Fleksibel, harus dapat menyesuaikan dengan situasi
yang dihadapi, sehingga tidak harus buat sistembaru bila terjadi perubahan
kondisi.
9. Sebagai petunjuk dan operasional, dimana harus
dapat menunjukan debíais estándar sehingga dapatmenentukan koreksi yang
diambil.
10. Diterima para anggota organisasi, mampu
mengarahkan pelaksanaan verja anggota organisasidengan mendorong perasaan
ekonomi, tanggung jawab dan prestasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar