Just In Time (JIT)
adalah suatu sistem
produksi
yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu
penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang
terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya
(baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini,
perusahaan memproduksi hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen
dan pada saat dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun
menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.
JIT adalah suatu filosofi yang
dikembangkan oleh Taiichi Ohno yang diterapkan dalam sistem produksi Toyota
Motor Company di Jepang yang menekankan pemborosan dan segala sesuatu yang
tidak memberi nilai tambah dengan menyediakan sumber daya pada tempat dan waktu
yang tepat. Filosofi meliputi suatu penekanan atas pengurangan biaya setup, small
lotsizes, sistem tarik, level produksi, dan penghapusan waste.
JIT adalah suatu filosofi manajemen
yang bekerja keras untuk menghapuskan barang sisa pabrikasi dengan melakukan
produksi pada tempat dan waktu yang tepat. Barang sisa diakibatkan oleh manapun
aktivitas yang menambahkan biaya tanpa menambahkan nilai, seperti perpindahan
dan menyimpan. Sistem JIT ini akan mengakibatkan persediaan lebih sedikit,
jumlah pekerja lebih sedikit, dan biaya produksi yang lebih rendah serta produk
dapat diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Terdapat tiga prinsip utama just in
time dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih
penting daripada output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat
dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah daripada pekerjaan
mengulang.
Roger G. Schroeder, mendefinisikan
tujuan sistem just in time adalah memperbaiki laba dan hasil investasi melalui
pengurangan biaya, penurunan sediaan, dan perbaikan mutu. Sarana untuk mencapai
tujuan ini adalah menghilangkan pemborosan dan melibatkan para pekerja di dalam
proses produksi yang dilakukan dalam JIT adalah pengurangan kesia-siaan dan
pengurangan variabilitas.
1. Pengurangan Kesia-siaan
Kesia-siaan
dalam proses produksi barang maupun jasa adalah pemberian penjelasan mengenai
sesuatu yang tidak menambah nilai produk, baik yang disimpan, diperiksa,
terlambah diproduksi, mengantre maupun yang rusak. Lebih jauh lagi, setiap
kegiatan yang menurut konsumen tidak menambah nilai produk merupakan suatu
kesia-siaan. JIT mempercepat proses produksi sehingga memungkinkan penghantaran
produk kepada konsumen lebih cepat dan persediaan dalam prosespun menurun
jumlahnya, sehingga memungkinkan pemanfaatan yang lebih produktif pada asset
yang sebelumnya disimpan dalam persediaan.
2. Pengurangan Variabilitas
Menurut
konsep JIT, untuk menjalankan pergerakan bahan baku maka manajer mengurangi
variabilitas yang disebabkan factor internal maupun eksternal.Variabilitas
adalah setiap penyimpangan dari proses optimal yang mengantarkan produk
sempurna tepat waktu setiap saat. Semakin kecil
variabilitas semakin kecil pula kesia-siaan yang terjadi. Kebanyakan,
terjadinya variabilitas timbul karena perusahaan mentolerir kesia-siaan, atau
karena manajemen yang jelek, yang diantaranya dapat dirinci sebagai berikut:
- Karyawan, fasilitas dan pemasok memproduksi unit-unit produk yang tidak sesuai dengan standar, terlambat atau jumlah tidak sesuai.
- Engineering drawing atau spesifikasi tidak akurat.
- Bagian produksi mencoba memproduksi sebelum spesifikasi lengkap.
- Permintaan konsumen tidak diketahui.
Walaupun ada
beberapa penyebab variabilitas, seringkali variabilitas tidak terlihat karena
persediaan menyembunyikan masalah. Oleh karena itu konsep JIT
diperlukan.
Oleh karena itu konsep yang mendasari JIT adalah system “tarik” yaitu memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat yang memerlukannya pada saat diperlukan.
Oleh karena itu konsep yang mendasari JIT adalah system “tarik” yaitu memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat yang memerlukannya pada saat diperlukan.
Banyak perusahaan masih menggerakkan
bahan baku melalui fasilitas dengan cara “dorong” yaitu pesanan ditumpuk di
departemen pemrosesan agar dapat dikerjakan pada setiap ada kesempatan. Jadi
bahan baku didorong ke stasiun kerja hulu tanpa memandang persediaan sumber
daya. Sistem tarik dan dorong merupakan antitesis dari konsep JIT.
FAKTOR KUNCI SUKSES DALAM JUST IN TIME
Dengan memperhatikan ilustrasi berupa penjelasan
konsep JIT menunjang tercapainya Keunggulan kompetitif maka dapat disimpulkan
bahwa factor kesuksesan JIT yaitu:
1. Suppliers
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: Kedatangan
material dan produk akhir termasuk kesia-siaan, Pembeli dan pemasok membentuk
kemitraan, Kemitraan JIT mengeliminir (Kegiatan yang tidak penting, Persediaan
dalam perjalanan, Pemasok yang jelek)
2. Layout
2. Layout
Tata letak memungkinkan pengurangan kesia-siaan
yang lain, yaitu pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku maupun manusia
menjadi fleksibel. JIT mempersyaratkan: a. Sel kerja untuk product family. b.
Pergerakan atau perubahan mesin. c. Jarak yang pendek. d. Tempat yang kecil
untuk persediaan. e. Pengiriman langsung ke area kerja.
3. Inventory
Persediaan dalam system produksi dan distribusi
sering dadakan untuk berjaga-jaga. Tehnik persediaan yang efektif
memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan Just In Time merupakan
persediaan minimal yang diperlukan untuk mempertahankan operasi system yang
sempurna yaitu jumlah yang tepat tiba pada saat yang diperlukan bukan sebelum
atau sesudah.
4.
Schedulling
Jadwal yang
efektif dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka akan
sangat mendukung penerapan JIT. Penjadwalan yang lebih baik juga meningkatkan
kemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen., menurunkan persediaan dan
mengurangi barang dalam proses. JIT mensyaratkan: a. Mengkomunikasikan
penjadwakan kepada supplier. b. Jadwal bertingkat. c. Menekankan bagian dari
skedul paling dekat dengan jatuh tempo. d. lot kecil. e. Tehnik Kanban.
5. Preventive Maintenance
Pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk menjaga
hal-hal yang diinginkan supaya tidak terjadi atau tindakan pencegahan. Misalnya
dengan cara pemeliharaan rutin pada fasilitas yang digunaka, maupun pelatihan
karyawan secara terus-menerus agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar